Lanjutan Part 1
Hari mulai gelap, aku mengencangkan jaket, kedinginan. Kami sudah sholat ashar, bergiliran bolak-balik ke toilet, semua kedinginan. Aku berusaha melupakan kejadian beberapa waktu lalu, berusaha tidak tertawa.
    "Yah, itu apa?"
    Aku bertanya pada ayah
    "Itu cuma ulet kecil"
Ayah menjawab pendek menahan tawa melihat Mas Mifzal dengan muka pucat.
Aku memang melihat ulat-ulat kecil, mungkin Mas Mifzal geli.
Otomatis semua tertawa.
Mas Mifzal buru-buru pergi ke toilet.
    "Mas Mifzal mau ke toilet"
Jawabnya setelah aku bertanya ia mau kemana.
Aku tertawa dalam hati.
Mas Mifzal pasti malu.
Setelah puas tertawa, aku kembali sadar, aku belum ke toilet sejak perjalanan, otakku kembali memberi pesan bahwa aku belum ke toilet. Buru-buru aku menyusul Mas Mifzal.
    "Maaass.. Tungguinnn!"
Seperti kebanyakan pendaki, kami tidak mandi, kalian mau mandi dengan air yang menusuk? Aku tentu tidak, wudhu saja sudah dingin, mandi? nope, i give up.
Menjelang maghrib, kami bersantai meluruskan kaki, capek di perjalanan. Aku sementara bergabung dengan tenda Mas Mukhlis, diikuti Aidan, Mas Mifzal sudah didalam lihat hp.
    "Ngapain sih mas?"
    "Ooh lihat Instagram"
Aku orangnya kepo, lantas mengintip apa yang sedang dilakukan Mas Mifzal dengan hp nya.
Mas mukhlis juga membuka hp, teringat sesuatu, aku menyahut
    "Mas, main ludo king dong"
    "Yok boleh" Jawab Mas Mukhlis
    "Mau ikut?" Tanya Mas Mukhlis ke Mbak Ulfa
    "Ikuut.."
Aidan yang masih 5 tahun, tidak tahu cara mainnya, tetap ingin ikut bermain ludo king. Mas Mifzal masih sibuk dengan hp nya, entah apa yang ia lakukan.
    "Zal, main gak?" Tanya Mbak Ulfa
    "Nggak mbak" Jawab Mas Mifzal tanpa menoleh ke arah Mbak Ulfa.
Kami asyik bermain, saat walkey talkey Mas Mukhlis bersuara.
    "Khlis, lagi apa?" Terdengar suara Bunda dari seberang sana, di tenda yang sedang ditempati Ayah dan Bunda juga ada walkey talkey.
    "Lagi main ludo, mbak" Mbak Ulfa yang jawab.
Aku tanpa basa-basi mengambil walkey talkey itu.
    "Halo Bunda.." Kataku disusul Aidan mengucapkan kalimat yang sama.
    "Halo Teteh, Aidan, jangan lupa minum ya.."
Tanganku segera menyambar botol minum, saking semangatnya bermain, aku lupa kalau aku haus dari tadi.
    "Nih, minum" Kataku ke Aidan, Aidan pun minum tak kalah rakus, sudah hampir habis 1 botol aqua kecil.
Tak lama..
BRAK!!!
Sesuatu dari tenda sebelah jatuh di tempat kami duduk, terlihat ada aqua baru dan beberapa makanan, aku yang kebetulan paling dekat pintu keluar tenda, menoleh sambil mengerutkan dahi. Ada apa?
    "Tuh.. ada snack" Jelas Ayah, tersenyum
Kami sholat maghrib di mushola, di HPS ada mushola kecil untuk umum, yang biasa digunakan para wisatawan HPS sendiri. Udara di dalam cukup menghangatkan tubuh bekas basuhan air wudhu yang sudah seperti air es.
Setelah selesai sholat, aku merapikan mukena lalu bergegas keluar memakai sendal, khawatir sendal-ku diinjak-injak yang lain. Suasana cukup gelap, aku berhati-hati berjalan, berusaha tidak terperosok, tadi siang memang hujan cukup deras, membuat tanah jadi becek.
Sesampainya di tenda kami memasak, kalian tau apa makanan favorit pendaki Indonesia? Pop Mie of course. Itu menu paling simple dan paling lezat dimakan di cuaca dingin seperti saat ini.
Aku memilih salah satu pop mie, diikuti Mas Mifzal yang juga memilih mie yang sama.
"Ayah, tolong masakin mie nya"
"Belum bisa ya?" Ayah menjawab
Aku mendengus sebal, tak peduli, tetap meminta ayah memasakkan mie nya, ayah segera memasak mie tanpa bertanya-tanya lagi. Mas Mifzal dengan wajah polos nya melamun, menunggu giliran memasak.
-BERSAMBUNG-
No comments:
Post a Comment