Lanjutan Part 2
Semua sudah selesai memasak, dilanjut dengan makan hasil masakan, pop mie bila disajikan di udara dingin terutama gunung selalu jadi makanan favorit semua orang.
Sepertinya semua menikmati makanannya, kami berbincang ringan.
    "Ini kok tulisannya Pop Mie PAkai NASi tapi kok nasinya dikit ya?" Aku heran.
Pop Mie PANAS (PAkai NASi) adalah Pop Mie terbaru, ada nasi dan mie dalam 1 cup. Nasi nya sudah pasti nasi instan seperti mie nya.
    "Mas, nemu gak nasinya?"
    "Nemu, tapi cuman dikit" Mas Mifzal masih asyik makan.
Aku ber-ooh pendek, sepertinya aku dan Mas Mifzal memang senasib karena memakan mie yang sama.
Namun saat kuah sudah mulai habis, terlihat di dasar cup nasi nasi yang dari sejak kami cari.
    "Nahhhh.. nih dia nasinya tenggelam rupanya"
    "Wkwkwk"
Kami langsung besar-besaran melahap semua nasi di dasar cup itu. Konon, kalau orang Indonesia belum makan nasi, berarti belum makan.
    "Aidan, cobain dong mie-nya" Aku meminta.
    "Nih, teh" Aidan menyodorkan makanannya.
    "Gantian mie-nya ya" Giliran aku yang menyodorkan mie-ku.
Begitulah, kami bertukar-tukar mie, saling mencoba jenis mie masing-masing. Tanganku menggigil, dingin, aku segera memegang sisi-sisi cup mie yang hangat.
    "Awas tumpah"
    "Ini bersihin nih, kuah nya berceceran"
    "Iiihh, ayah jangan habisin kuahnya"
    "Enaaaak"
    "Mas Mifzal makan belepotan banget sih"
    "Mana cobain mie-nya"
Kira-kira seperti itulah suasana ketika kami makan.
Oya, kami sebelum makan sudah sholat Isya.
Mas Mukhlis menyalakan api unggun, cukup sulit karena gerimis sedang turun.
Diulang berkali-kali, memang ada apinya tapi apinya kecil.
Tanpa basa-basi Ayah menyuruh Mas Mifzal.
"Zal, ini tolong kamu minta ke petugas (HPS) buat nyalain api unggun"
Mas Mifzal menjawab pendek, lalu segera berlari ke petugas HPS.
Saat kembali, wajah Mas Mifzal terlihat seperti dikejar hantu, tapi aku juga tidak tahu apa arti air muka nya.
Setelah menunggu hampir 1 jam, api unggun berhasil dinyalakan. Terlihat wajah-wajah lega semua orang. huft.
Makanan pokok sudah masuk ke perut, bunda membuka tas berisi snack-snack lalu mengambil 2 bungkus makanan.
    "Yeaaay! Marshmallow time.." Aidan sudah menyahut gembira
Camping tahun lalu, kami juga mengadakan Marshmallow time, tak ada yang istimewa, hanya membakar marshmallow yang terkadang hasilnya 'gosong'.
    "Nih, tusuk-tusukin dulu" 
Aku memberi Mas Mifzal tusuk sate, kalian benar, nanti marshmallow ini akan ditusuk ke tusuk sate-nya.
Sudah lumayan banyak mashmallow yang sudah ditusuk, aku berseru senang.
    "Ayah, udah boleh bakar marsmallow nya?" Tanya Aidan.
    "Boleh" Bunda yang menjawab.
Aku sudah mendahului Aidan, buru-buru mengambil marshmallow yang sudah ditusuk, lantas membakarnya, disusul yang lainnya.
    "Yeaaay! Gak gosong"
    "Yaaah.. gosong"
Kami bergiliran mengucapkan 2 kalimat yang sama seperti diatas.
Kadang marshmallow kami terbakar sempurna, kadang hangus dilahap api, malah terkadang ada api menempel di marhmallow nya.
Saat semua marshmallow hampir habis..
    "Lah, ini apa?"
    "Owalah.. bakso nya kelupaan!" Kata Mbak Ulfa
Kami kompak menoleh, terlihat ada 1 bungkus bakso yang belum tersentuh.
    "Oh iya!"
    "Untung Ulfa kasih tau, kalau gak kita gak bakal makan bakso bakar"
Segera Ayah membuka bungkus baksonya dan Mas Mifzal menusuknya.
Kami dari rumah memang sudah berencana membuat bakso bakar, malah saat di perkemahan hampir lupa kalau baksonya belum dibakar.
Semua sibuk bakar-makan-bakar-makan, hingga dalam waktu singkat baksonya habis.
    
    "Yok, sikat gigi" Kata Bunda
Aku mendesah, udara dingin dan perut kenyang habis makan, membuatku MaGer (Malas Gerak)
Ayah dan Mas Mukhlis segera berjalan menuju toilet, Mbak Ulfa entah apa yang dilakukannya didalam tenda, dan seperti biasa Mas Mifzal sibuk dengan hp-nya.
Aku dan Aidan terkantuk-kantuk mengikuti Bunda berjalan ke toilet, alasan kami pergi ke toilet kurang lebih karena memang kami mau pipis.
    "TENDANYA BASAH!"
Kami segera berlari menuju tempat Mas Mifzal berdiri, ingin tahu apa yang terjadi.
    "Kenapa, zal?"
    "Tendanya basah mas"
    "Owalah" Ayah pendek menanggapi.
    "Keringin dulu nih, ada baju kotor buat lap airnya"
Mas Mifzal mengeringkan tenda sementara kami sikat gigi.
    "Mifzal bilang mau tidur di mushola aja" Kata Mas Mukhlis, baru selesai sikat gigi, sekarang giliran Mas Mifzal ke toilet.
    "Oh ya?" Tanya Ayah memastikan.
    "Iya, dia bilang- bla..bla..bla.."
Ah, Mas Mifzal selalu banyak alasan.
    "Yaudah barang-barang kita sebagian pindahin ke tenda Mifzal aja, toh dia mau tidur di mushola" Ayah bicara sekaligus memindahkan barang-barang, diikuti Mas Mukhlis.
    "Selamat malam, Ulfa, Mukhlis" Kata Bunda.
    "Malam, mbak" Jawab Mbak Ulfa.
    "Masih jagain api unggun nih"
    "Hehe, tenang, aman" Mas Mukhlis tertawa kecil.
    "Jangan lupa tidur, khlis" Ayah mengingatkan.
-Semua hening-
Ah.. memang senang berlibur bersama keluarga yang kita cintai,,